Indonesia, negeri yang penulis
rasa tidak perlu lagi dipertanyakan kekayaan alamnya. Sumber daya migas meimpah
ruah, potensi agrikultur sangat kaya, potensi perikanannya, dan masih banyak
lagi. Namun sungguh disayangkan. Negara Kesatuan ini belum bisa dikatakan
berhasil memanfaatkan sumberdaya alam yang sangat melimpah ini dengan baik.
Indonesia memiliki banyak sumber
daya manusia, namun tidak banyak dari sumbe daya manusia ini yang mau mebgambil
resiko mengeluarkan capital dalam mengolah sumebr daya alam. Tidak banyak yang
mau terjun memimpin kelompok sumber daya manusia untuk bersama mengolah
berbagai sumber daya alam yang ada dan membuat suatu nilai tambah darinya.
Tidak banyak yang mau menjadi entrepreneur/pengusaha.
Oleh karena hal ini, maka sudah
selayaknya pertumbuhan wirausaha menjadi salah satu concern bersama rakyat
Indonesia beserta pemerintahan, demi mencapai tujuan Indonesia mandiri ekonomi.
Salah satu cara yang ditempuh
pihak akademisi dengan sokongan pihak pemerintah, swasta dan LSM adalah dengan
didirikannya lembaga pendidikan kewirausahaan, atau sekolah bisnis/entrepenuer.
Sekolah-sekolah ini berfokus pada
pencetakan entrepenur yang “experience and pratical based”. Para siswanya
dididik secara langsung untuk mau, mampu, dan memiliki kemampuan berbisnis.
Beberapa contoh lembaga
pendidikan ini adalah jurusan kewrausahaan SBM ITB, Kampus Umar Usman milik
Ippho santosa, prasetya mulya business school, dan beberapa lembaga non-formal
lain.
Sebagai pengamat langsung,
penulis ingin mencoba meramu, mengevaluasi, dan memberi amsukan kepada lembaga
pembelajaran bisnis ini, terkait proses pengajaran yang dilakukan, sesuai
pengamatan penulis dan pengalaman penulis sebagai mahasiswa bisnis.
Diantaranya:
1. Penguatan
dasar
Penulis merasa
niat dasar disini penting untuk dibangun, bahwa menjadi pengusaha/entrepreneur
buka hanya berarti mencari uang sbanyak-banyaknya. Menjadi entrepreneur adalah
tentang bagaimana seseorang memberdayakan, membermanfaaatkan sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia yang ada disekitarnya, untuk menambah value/nilai
mereka. Hal ini pendting untuk ditanamkan kepada para pelajar, agar para
pelajar dapat menjadi pebisnis yang berorientasi pada kebermanfaatan.
2. Mentorship
program
Sejauh ini
metode mentoring dirasa memang metode yang sangat penting dan dirasa efektif
dan efisien dalam mentrack dan membina calon/entrepreneur. Bisa dibilang
membuat usaha adalah keseluruhan proses, dari memanfaatkan sumberdaya yang ada
hingga memarketingkannya. Dalam keseluruhan proses ini, seseorang dapat belajar
sendiri, dengan trial and error dsb, untuk makin mengurangi error opportunirty,
mempercepat pertumbuhan wirausaha baru di Indonesia, dan mengefisienkan penggunaan
pengorbanan calon entrepreneur. Mentorship program disini baiknya sebagai
fasiltator saja, tempat bertnya. Disisi lain calon entrepreneur diwajibkan
sudah menjalankan bisnis nya sendiri.
3. Direct
sell experience
Pengusaha,
entrepreneur, yang baik, baiknya memilikikemampuan-kemampuan daasr
entrepreneur, dan bisa dibilang 3 kemampuan dasar entrepreneur ada di 3 poin,
berurutan:
1.
Relating
2.
Marketing
3.
Operation/making/creative
4. Penekanan
pendidikan dan etika
Indonesia adalah
negara yang memiliki budaya khas dan tenggang rasa yang tinggi, jika sifat inin
dikesampingkan dengan beberapa pengusaha, maka perlu diramu kembali,
entreprenure dyang baik emsti sadar posisinya, dan sadar dengan tanggung jawab
dan amanah yang ia emban, atas dasar “kepemilikan” asset dan sumber daya yang
ia miliki.
Indonesia Butuh
penggerak, yang mau menggerakkan angkatan kerja sumber daya manusia dan memutar
kekayaan sumber daya alam yang dipunya. Disini sector akademik megnambil peran
dengan mendirikan lembaga pendidikan dan pengajaran bisnis.
Perlu ada continuous improvement dan banyak
masukan dari berbagai pihak untuk memaksimalkan fungsi dan peran lembaga ini,
guna mencapai tujuan Indonesia mandiri Ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar